Sejarah Banjarnegara
Geografi
Bentang alam berdasarkan bentuk tata alam dan penyebaran geografis, wilayah ini dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :- Zona Utara, adalah kawasan pegunungan yang merupakan bagian dari Dataran Tinggi Dieng, Pegunungan Serayu Utara. Daerah ini memiliki relief yang curam dan bergelombang. Di perbatasan dengan Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Batang terdapat beberapa puncak, seperti Gunung Rogojembangan dan Gunung Prahu. Beberapa kawasan digunakan sebagai obyek wisata, dan terdapat pula tenaga listrik panas bumi. Pada sebelah utara meliputi Kecamatan : Kalibening, Pandanarum, Wanayasa, Pagentan, Pejawaran, Batur, Karangkobar, Madukara
- Zona Tengah, merupakan zona Depresi Serayu yang cukup subur. Bagian wilayah ini meliputi Kecamatan : Banjarnegara, Madukara, Bawang, Purwanegara, Mandiraja, Purworejo Klampok, Susukan, Wanadadi, Banjarmangu, Rakit
- Zona Selatan, merupakan bagian dari Pegunungan Serayu, merupakan daerah pegunungan yang berrelif curam. Meliputi Kecamatan : Pagedongan, Banjarnegara, Sigaluh, Mandiraja, Bawang, Susukan
[sunting] Topografi
Topografi wilayah ini sebagian besar (65% lebih) berada di ketinggian antara 100 s/d 1000 meter dari permukaan laut. Secara rinci pembagian wilayah berdasarkan topografi.- Kurang dari 100 m dari permukaan air laut, meliputi luas 9,82 % dari seluruh luas wilayah Kabupaten Banjarnegara, meliputi Kecamatan Susukan dan Purworejo Klampok, Mandiraja, Purwanegara dan Bawang.
- Antara 100 - 500 m dari permukaan air laut, meliputi luas 37,04 % dari seluruh luas wilayah Kabupaten Banjarnegara, meliputi Punggelan, Wanadadi, Rakit, Madukara, sebagian Susukan, Mandiraja, Purwanegara, Bawang, Pagedongan, Banjarmangu dan Banjarnegara.
- Antara 500 -1.000 m dari permukaan air laut, meliputi luas 28,74% dari seluruh luas wilayah Kabupaten Banjarnegara, meliputi Kecamatan Sigaluh, sebagian Banjarnegara, Pagedongan dan Banjarmangu.
- Lebih dari 1.000 m dari permukaan air laut, meliputi luas 24,40% dari seluruh wilayah Kabupaten Banjarnegara meliputi Kecamatan Pejawaran, Batur, Wanayasa, Kalibening, Pandanarum, Karangkobar dan Pagentan.
Wilayah kabupaten Banjarnegara memiliki iklim tropis, dengan curah hujan rata-rata 3.000 mm/tahun, serta suhu rata-rata 20°- 26° C.
Transportasi
Banjarnegara dilalui jalan provinsi yang menghubungkan antara Banyumas dengan Magelang dan Semarang. Klampok merupakan persimpangan jalur menuju Purbalingga dan Banyumas. Selain itu terdapat jalan provinsi yang menghubungkan Banjarnegara dengan Batang, melintasi Dataran Tinggi Dieng.Angkutan bis antarkota yang melewati Banjarnegara antara lain adalah jurusan Solo-Bawen-Wonosobo-Purwokerto, Semarang-Bawen-Wonosobo-Purwokerto, Wonosobo-Banjarnegara-Bandung, Wonosobo-Banjarnegara-Banyumas serta Banjarnegara-Jakarta.
Alternatif lain adalah menggunakan jasa angkutan travel yg antara lain dilayani adalah Jakarta-Purwokerto-Banjarnegara-Wonosobo; Bandung-Purwokerto -Banjarnegara-Wonosobo; Purwokerto-Banjarnegara-Semarang; Purwokerto-Banjarnegara-Yogya; Purwokerto-Banjarnegara-Semarang-Surabaya
Alternatif angkutan didalam kota Banjarnegara adalah menggunakan Angkutan Kota (Angkot),Becak, Dokar (Kereta kuda).
Sejarah
Karena berjasa kepada Pemerintah Mataram dalam Perang Diponegoro, R. Tumenggung Dipayudha IV diusulkan oleh Pakubuwono VII menjadi Bupati Banjar pada tanggal 22 Agustus 1831 (sebelumnya status Bupati Banjar telah dihapus). Waktu itu ibukota kabupaten berada di Banjarmangu. Meluapnya Sungai Serayu dinilai sebagai kendala yang menyulitkan transportasi dengan ibukota Kasunanan Surakarta, sehingga ibukota kabupaten akhirnya dipindahkan ke lokasi yang baru di sebelah selatan sungai, dengan nama Banjarnegara (Banjar: sawah; Negara: kota).Tumenggung Dipayudha menjabat sebagai bupati hingga tahun 1846, dan pengganti Bupati Banjarnegara selanjutnya adalah:
- R. Adipati Dipadiningrat (1846-1878)
- Mas Ngabehi Atmodipuro (1878-1896)
- Raden Mas Jayamisena (1896-1927)
- Raden Sumitro Kolopaking Purbonegoro (1927-1949)
- R. Sumitro (1949-1960)
- R. Mas Soedjirno (1960-1967)
- R. Soedibjo (1967-1973)
- Drs. Soewardji (1973-1980)
- Drs. H. Winarno Surya Adisubrata (1980-1986)
- H. Endro Soewarjo (1986-1991)
- Drs. H. Nurachmad (1991-2001)
- Drs. H. Djasri, MM - Drs. Hadi Supeno. MSi(2001 - 2006)
- Drs. H. Djasri, MM - Drs. Soehardjo (2006-2011) sebagai pasangan bupati - wakil bupati banjarnegara yang terpilih pertama kali melalui pilkada.
LOGO KABUPATEN BANJARNEGARA
Sejarah Lambang Banjarnegara
Tanggal 17 Agustus 1967 merupakan tanggal bersejarah bagi rakyat Banjarnegara yang ditandai pembukaan selubung Lambang Daerah Kabupaten Banjarnegara oleh Bupati Banjarnegara ke-7, M.Soedjirno, di ruang sidang Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Gotong Royong (DPRDGR), setelah disyahkan DPRDGR Kabupaten Banjarnegara 11 Agustus 1967.
LAMBANG Daerah itu "diukir" oleh panitia khusus DPRDGR, ditambah gambar dari pemenang kedua dan pemenang harapan "Sayembara Lambang". terdiri dari: R. soenardi (Ketua merangkap anggota), Moh. Kosim (Wakil ketua merangkap anggota), Soetarno (anggota), dan Soedijono Tjokrosapoetra (anggota), dan Marchaban Mangunhardjo (anggota). Panitia khusus tersebut dibentuk berdasarkan Surat Keputusan DPRDGR Banjarnegara No. 145/17/DPRDGR-66 tertanggal 9 Desember 1966.
Makna Lambang Daerah
Lambang Daerah Kabupaten Banjarnegara secara resmi ditetapkan dalam
Peraturan Daerah tanggal 21 Januari 1969. Kemudian diundangkan pada 31
Desember 1972 dan dimuat pada LD Jawa Tengah seri C 1973 No. 11.
Bentuk dan Warna
Bentuk pokok lambang daerah menyerupai sebuah perisai dengan seutas
selendang dibawahnya. Perisai berwarna dasar hijau dengan pelisir
membingkai berwarna kuning. Apabila dicermati maka terdapat 13 macam
benda alam atau buatan yang ditata artistik.
- Bangun persegilima yang bagian kiri-atas dan kanan-bawah berwarna merah, sedangkan kanan-atas dan kiri-bawah berwarna putih;
- Setangkai padi berisi 17 bulir berwarna kuning emas;
- Delapan tangkup kapas berwarna putih;
- Sebuah bintang bersegi lima berwarna kuning emas;
- Sebatang pohon beringin yang berdaun hijau, memiliki 8 akar gantung, dan 5 akar bawah berwarna coklat;
- Sebuah keris tanpa luk berwarna hitam;
- Deretan pegunungan berwarna biru muda;
- Belantara hutan berwarna hijau;
- Syphon atau suling saluran air berwarna hitam dengan 6 cincin pembagi saluran atas 7 bagian/ruas;
- Petak persawahan yang berundak-undak berwarna coklat;
- Sungai serayu yang mengalir berwarna biru muda dengan tiga jalur gelombang berwarna putih;
- Selendang didalam badan perisai yang menghubungkan padi-kapas dengan tulisan BANJARNEGARA;
- Selendang dibawah perisai bertuliskan: Wani Memetri R ahayuning Praja.
Makna semiotik
cover buku putih |
- Perisai dan keris yang merupakan persenjataan umum dimasa perjuangan melambangkan jiwa kepahlawanan dan watak kesatria masyarakat Banjarnegara;
- Persegilima berdiri tegak melambangkan konsistensi kepribadian Pancasila;
- Bintang bermakna keyakinan keagamaan yang mendalam dan kuat;
- Pohon beringin melambangkan kemanunggalan dan persatuan pemerintah dan rakyat;
- Banjar persawahan dan Syphon saluran air melambangkan potensi alam pertanian dan daya cipta kreativitas khas yang dikandung oleh kearifan lokal kebudayaan rakyat Banjarnegara;
- Pegunungan dan belukar hutan merupakan ciri topografi alam Banjarnegara yang menyimpan aneka sumber kekayaan dan merupakan sumber kehidupan rakyat;
- Sungai Serayu merupakan rupa bumi alam yang membelah sepanjang wilayah eks karesidenan Banyumas berhulu di Banjarnegara. Serayu merupakan anugerah yang memberi inspirasi bagi pembangunan di 3 sektor: pertanian, perikanan, dan industri.
- Bidang tanah hijau tempat pohon beringin tegak melambangkan kesuburan tanah dan alam Banjarnegara;
- Bidang warna merah-putih melambangkan bahwa Banjarnegara merupakan bagian dari, dan wilayah perjuangan NKRI;
- Perisai berpelisir keemasan dan gambar padi kapas pada selendang bertulis Banjarnegara, mengkiaskan masa depan kejayaan bagi rakyat Banjarnegara yang adil dan mamur dibawah lindungan Tuhan YME.
- Sesanti: Wani Memetri Rahayuning Praja merupakan tambahan penyempurnaan lambang daerah berdasarkan Keputusan DPRD Nomor 003.3/4 tanggal 1 Juli 1981. Surya sengkala diatas berwatak angka 1381 atau menandakan hari kelahiran Kabupaten Banjarnegara tahun 1831 masehi. Makna sesanti tersebut kira-kira, segenap rakyat Banjarnegara berkebulatan tekad melestarikan kemakmuran menuju kebahagiaan lahir dan bathin bagi rakyat dan pemerintahannya.
Lambang daerah ini merupakan hasil pemenang sayembara. Kemudian pada
tanggal 21 Januari 1969 ditetapkan oleh DPRD Gotong Royong yang diketuai
SM. Abu Hanifah dengan persetujuan Bupati Banjarnegara (Letkol) R.
Soedibyo. Tiga tahun berselang pada 31 Desember 1972 semasa Sekretaris
daerah Zaelani Peraturan Daerah mengenai lambang daerah banjarnegara
diundangkan sekaligus dibuatkan petunjuk teknis pemasangan dan
penggunaan lambang. (*)